Cari Uang Tambahan Saat Masih Sekolah

https://pixabay.com/id/photos/pasar-senja-jalan-sayuran-rakyat-5430564/

Bisa dilakukan, buat nambah uang jajan dan juga melatih skill dagang sejak kecil. Cara ini berdasarkan pengalaman saya, jadi bukan yang dilakukan orang lain.

Ketika sekolah dulu, dari SD, SMP, dan SMA saya punya pengalaman berdagang barang atau menjual jasa kepada teman saya. Tak menghabiskan banyak waktu, juga cukup untuk menambah uang jajan saya saat itu.

Melihat peluang

Dimulai dari SD ketika itu terdapat kegiatan jumat market day, ada giliran untuk setiap siswa membawa barang dagangan. Barang dagangan itu akan dijual waktu selesai sholat jum’at di sebuah aula. Dimana banyak siswa lain yang mendapat jadwal juga ikut berjualan.

Saya pernah menjual es kopyor ataupun jajanan snack box yang ternyata saat itu teman saya lebih memilih untuk membeli es kopyor. Es kopyor, satu menit pertama juga sudah habis. Memang pada saat itu hanya menyediakan sedikit, 20 bungkus es kopyor. Ibu saya yang membuatkannya.

Peluang kadang tak selalu terlihat

Kemudian ketika SMP, saya melihat sebuah peluang yang mengalir begitu saja. Karena saya bersekolah di asrama, air galon ada jadwal pengirimannya. Ada suatu waktu ketika pengiriman air galon sering terlambat dan anak-anak terbiasa menahan haus atau membeli sendiri di minimarket sekolah.

Minimarket sekolah saat itu menjual berbagai kebutuhan dasar, termasuk air minum. Ada yang masih dalam kardus, dan harganya murah. Saya dan teman saya berencana membeli stok tersebut untuk sendiri pada awalnya. Namun ketika tau harganya lebih murah ketika membeli satu dus.

Terpikirkan oleh saya untuk menjual eceran kepada teman saya yang lain. Memang tidak banyak, tetapi lumayan menambah uang jajan saya ketika itu.

Ketika akhir masa SMP terdapat razia potong rambut yang diumumkan akan dilaksanakan pada hari senin saat upacara. Sedangkan pengumuman saat hari sabtu, namun siswa tetap dilarang izin keluar untuk sekedar cukur rambut. Akhirnya banyak teman-teman saya menjadi tukang cukur dadakan.

Saya pun menjadi salah satu tukang cukur tersebut, tak pernah terpikirkan pada awalnya. Hanya saja memang terasa menantang membuat cukuran yang rapi dan senang ketika hasil cukurannya baik. Namun saat itu cukur dengan menggunakan gunting saja, belum berani untuk menggunakan mesin cukur.

Menjual skill

Beberapa teman saya dan saya juga kemudian melanjutkan SMA yang sama dengan SMP. Peraturan yang ada akhirnya tak terlalu jauh berbeda, yang tetap ada razia rambut. Kali ini berbeda, saya banyak diminta untuk mencukur rambut teman saya. Lumayan jumlahnya kalau ditotal, sudah puluhan kali saya mencukur karena hampir tiap hari kalau saya ingat.

Ketika SMA saya mulai berani mencoba mencukur menggunakan mesin cukur, ternyata hasilnya bagus dan teman-teman saya yang lain mulai berdatangan. Saya dibayar Rp 5.000 untuk setiap kali cukur, lumayan pikir saya. Mengingat saat itu uang jajan saya Rp 100.000 per minggu.

Sehari saya mencukur rata-rata 2 orang, dikali seminggu ada 14 orang. Sehingga ada Rp 70.000 penghasilan yang didapatkan. Untuk alat cukur sendiri saya meminjam alat milik kantor asrama dan tempat cukur saya berada di teras/luar kamar agar rambutnya mudah dibersihkan.

Begitulah masa saya ketika sekolah dulu mendapatkan uang jajan yang sebenernya bukan niat secara sengaja. Namun karena ada kesempatan dan saya mampu untuk mengeksekusinya. Tanpa pikir panjang saya langsung melakukannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *