Perjalanan Anyer Probolinggo, Pandangan Lain Tentang Hidup
Perjalanan Anyer-Probolinggo – “Saya sudah 3 bulan lebih jalan kaki tanpa membawa apapun, dari anyer ke probolinggo, sampai balik lagi” Ucap Bapak Tua yang saya temui di Perjalanan kali ini.
Awal pertemuan tersebut dimulai ketika saya memutuskan pada musim akhir liburan semester 3 pada berencana untuk muncak ke Gunung Ciremai di Kuningan.
Perjalanan dimulai
Saya menaiki travel Rama sakti, sebuah elf berkapasitas 12 penumpang berangkat dari Kota Yogyakarta, berada di dekat Tugu Jogja, berjarak hanya berjalan kaki beberapa puluh meter.
Pukul 9 malam saya tiba di tempat pemberhentian travel milik Rama Sakti di tengah Kota Cirebon, lokasinya dekat dengan stasiun cirebon.
Dikarenakan sudah malam, Saya pikir untuk langsung menuju kuningan sudah terlalu malam dan akan susah mencari angkutan umum.
Belum lagi posisi terminal untuk mendapatkan angkutan umum ke arah Kuningan cukup jauh.
Saya memutuskan untuk mencari lokasi masjid terdekat, hanya berjalan kaki beberapa menit. Tiba di Masjid Raya At Taqwa di sebelah alun-alun yang ketika itu sedang direnovasi.
Ketika itu saya putuskan untuk cepat-cepat tidur agar tidak bosan dan juga mengumpulkan energi untuk esok harinya. Namun saat itu udara di Kota Cirebon sangat panas dan banyak nyamuk yang menghisap darah, menembus lapisan sarung yang saya pakai untuk menutupi tubuh.
Saya putuskan untuk beristirahat di teras masjid sekaligus mencari angin segar. Sudahlah pikir saya, daripada tersiksa di dalam dan juga gangguan dari nyamuk.
baca juga: Wisata alam Kulon Progo
Pertemuan dengan Bapak Tua
Saat sedang bersanta, terlihat Seorang Bapak yang sudah tua, kira-kira berusia 50 tahun an. Mendekati saya dan mengajak mengobrol dengan saya.
Tampak Bapak tersebut hanya menggunakan tas selempang, tanpa terlihat membawa pakaian ganti ataupu perbekalan lainnya.
“Mau kemana nak?”
“Mau muncak Gunung Ciremai”
“Kemaleman ya? sampai harus menginap di masjid”
“Iya pak, hehe. Kalau Bapak sendiri sedang apa Pak?”
“Saya sudah berjalan selama 3 bulan dari anyer ke probolinggo dan sekarang sedang perjalanan balik ke anyer”
“Untuk apa Pak, berjalan kaki sejauh itu?”
“Saya sedang ziarah ke makam-makam yang ada di gunung di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Juga Jawa Barat”
“Kenapa harus berjalan kaki Pak?”
“Tuntutan syariatnya begitu nak, jika tidak nanti tidak dapat hikmah”
“Lalu untuk bekal, makanan bagaimana Pak?”
“Saya tidak membawa hp, uang, makanan, dan pakaian selama ini, tapi Alhamdulillah setiap saya ke Masjid selalu mendapatkan makanan”
“Bapak ada keluarga?”
“Ada, mereka tinggal di Anyer. Awalnya saya ditahan untuk tidak pergi karena alasan keselamatan. Tapi dorongan begitu kuat, akhirnya Bapak tetap harus pergi”
Obrolan berlangsung panjang, bahkan datang lagi satu orang lokal yang ikut mengobrol juga membicarakan tentang sunan-sunan yang Saya sendiri tidak familiar.
Kepercayaan vs Logika
Baru kali ini saya tau ada orang yang rela untuk melakukan hal-hal yang mungkin bagi saya sangat tidak masuk akal. Namun kepercayaan Bapak itu sangat kuat hingga bisa melewati perjalanan yang begitu jauh dengan banyak pengorbanan.
Baca Juga: Mendaki Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik